Pemerintah Indonesia tengah bersiap untuk memulai produksi baterai kendaraan listrik (EV) pada tahun 2027 mendatang. Hal ini merupakan bagian dari upaya pemerintah untuk mengembangkan industri kendaraan listrik di Indonesia.
Saat ini, Indonesia telah memiliki sumber daya alam yang melimpah untuk mendukung produksi baterai EV, seperti bijih nikel, kobalt, dan litium. Bijih nikel merupakan bahan baku utama dalam pembuatan baterai EV. Indonesia merupakan produsen bijih nikel terbesar di dunia, dengan pangsa pasar sebesar 27% pada tahun 2022.
Untuk mendukung produksi baterai EV, pemerintah telah membentuk holding BUMN pertambangan, yaitu MIND ID. MIND ID telah menandatangani kerja sama dengan sejumlah perusahaan global untuk membangun pabrik baterai EV di Indonesia.
Salah satu kerja sama yang telah dilakukan adalah dengan perusahaan baterai ternama asal China, CATL. Kerja sama ini mencakup pembangunan pabrik baterai EV berkapasitas 15 Giga Watt (GW) di Indonesia. Pabrik ini ditargetkan mulai beroperasi pada tahun 2027.
Selain CATL, MIND ID juga telah menandatangani kerja sama dengan sejumlah perusahaan dan diharapkan dapat mempercepat pengembangan industri baterai EV di Indonesia.
Pemerintah menargetkan bahwa Indonesia akan menjadi salah satu produsen baterai EV terbesar di dunia pada tahun 2030. Untuk mencapai target tersebut, pemerintah akan terus mendorong pengembangan industri baterai EV di Indonesia.
Pengembangan industri baterai EV di Indonesia memiliki sejumlah manfaat, antara lain:
- Meningkatkan nilai tambah dari sumber daya alam Indonesia.
- Menciptakan lapangan kerja baru.
- Mengurangi ketergantungan terhadap impor kendaraan dan baterai.
- Membantu mengurangi emisi gas rumah kaca.
Pengembangan industri baterai EV merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mewujudkan visi Indonesia sebagai negara maju yang ramah lingkungan.